Jumat, 8 Agu 2025
Tag Populer

82% Warga Tuvalu Berebut Visa Iklim ke Australia, Negara Terancam Tenggelam

  • account_circle Nazula Destiyana
  • calendar_month Kam, 24 Jul 2025

menalar.id – Sebanyak 82 persen atau sekitar 10.643 jiwa dari total populasi Tuvalu, dilaporkan telah mendaftar untuk mendapatkan visa iklim agar dapat pindah ke Australia. Hal ini, dilakukan akibat adanya ancaman dari permukaan air laut yang semakin naik.

Lonjakan pendaftaran ini terjadi karena Australia menyediakan visa iklim khusus bagi warga Tuvalu setiap tahunnya. Program ini merupakan bagian dari perjanjian migrasi iklim antara kedua negara, yakni kesepakatan visa iklim pertama di dunia.

Visa Iklim

Melalui visa ini, warga Tuvalu diizinkan tinggal, bekerja, dan belajar di Australia, serta memperoleh akses layanan kesehatan dan pendidikan setara dengan penduduk lokal. Namun, jumlahnya sangat terbatas, hanya 280 visa yang disediakan per tahun.

“Minat terhadap visa ini luar biasa tinggi. Terdapat 8.750 aplikasi termasuk anggota keluarga dari pendaftar utama. Sebagian besar tidak akan mendapatkan visa karena keterbatasan kuota,” ungkap Komisi Tinggi Australia untuk Tuvalu, Rabu (23/7/2025).

Pendaftaran yang dibuka sejak Juni lalu telah ditutup pada 18 Juli 2025. Tuvalu selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Penyebab Permukaan Laut Tuvalu Naik

Para ilmuwan memprediksi negara ini mungkin tidak dapat dihuni lagi dalam 80 tahun ke depan. Dua dari sembilan atolnya sudah sebagian besar hilang karena naiknya permukaan laut. Atol-atol ini terletak di antara Australia dan Hawaii.

NASA bahkan memperkirakan bahwa pada tahun 2050, separuh wilayah Funafuti yang memiliki atol utama dan dihuni 60 persen warga Tuvalu akan tergenang air setiap hari jika permukaan laut naik 1 meter. Apabila kenaikan mencapai 2 meter, maka 90 persen Funafuti akan terendam.

Selama tiga dekade terakhir, permukaan laut di Tuvalu sudah naik 15 cm, 1,5 kali lebih cepat dari rata-rata global. Meski telah membangun 7 hektare lahan buatan dan berencana menambah lagi, harapan agar wilayah itu tetap muncul di peta hingga 2100 kian menipis.

Kabar lonjakan pemohon visa iklim ini dirilis bersamaan dengan keputusan penting Mahkamah Internasional di Den Haag. Haag menyatakan bahwa negara-negara memiliki kewajiban hukum untuk mencegah perubahan iklim dan mempertanggungjawabkan dampaknya.

Perjanjian Falepili

Gugatan yang dilayangkan oleh negara-negara Pasifik ini bisa menjadi tonggak baru dalam perjuangan keadilan iklim global. Australia dan Tuvalu sendiri memiliki perjanjian bilateral yang disebut Falepili Union.

Perjanjian ini ditandatangani pada 2023 dan mulai berlaku 2024. Hal ini, dinilai sebagai langkah strategis Australia untuk menyaingi pengaruh China di kawasan Pasifik.

Salah satu isi pakta tersebut adalah pembukaan jalur visa eksklusif bagi warga Tuvalu, diundi secara acak. Departemen Luar Negeri Australia menyebut perjanjian ini sebagai respons konkret terhadap dampak iklim terhadap kehidupan masyarakat di Pasifik.

“Ini adalah perjanjian visa iklim pertama di dunia, menyediakan jalur mobilitas yang aman di tengah ancaman krisis iklim,” bunyi pernyataan itu.

Falepili Union juga mengikat Australia secara hukum untuk memberikan bantuan kepada Tuvalu dalam kondisi darurat. Berlaku saat bencana alam, pandemi, hingga ancaman militer.

Perdana Menteri Tuvalu Merespons

Perdana Menteri Tuvalu saat itu Feleti Teo, berterima kasih karena untuk pertama kalinya sebuah negara bersedia mengakui kenegaraan dan kedaulatan Tuvalu di tengah ancaman lenyapnya wilayah mereka akibat kenaikan air laut. Namun, perjanjian itu juga menuai kekhawatiran.

Salah satu pasalnya memberikan hak kepada Australia untuk ikut campur dalam pakta pertahanan yang dibuat Tuvalu dengan negara lain. Karena ini, timbul perdebatan apakah Tuvalu sedang mempertaruhkan kedaulatannya demi perlindungan eksistensial.

Penulis

Sejak kecil tumbuh di antara koran dan buku, kini berkembang menjadi penulis yang mengeksplorasi jurnalistik, penelitian, dan media digital. Aktif dalam kompetisi menulis dan UI/UX, serta selalu penasaran dengan dunia politik dan sains teknologi.

Rekomendasi Untuk Anda

  • Rencana Demo Besar Buruh Di Jakarta Batal Mendadak, Apa yang Terjadi?

    Rencana Demo Besar Buruh Di Jakarta Batal Mendadak, Apa yang Terjadi?

    • calendar_month Kam, 5 Jun 2025
    • account_circle Nisrina
    • 0Komentar

    menalar.id-Kelompok pekerja membatalkan rencana aksi unjuk rasa besar-besaran yang direncanakan besok, (3/6/2025) di Jakarta. Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden Serikat Pekerja, sekaligus Presiden KSPI, Said Iqbal. Said Iqbal menjelaskan, setelah berdiskusi panjang dengan buruh, pemerintah, dan DPR RI, akhirnya disetujui jika empat tuntutan buruh yang terikat dalam Partai Buruh dan Koalisi Serikat Pekerja (KJP-PB) akan […]

  • Hasto Klaim Diancam Jadi Tersangka Jika PDIP Memecat Jokowi, Ini Penjelasannya

    Hasto Klaim Diancam Jadi Tersangka Jika PDIP Memecat Jokowi, Ini Penjelasannya

    • calendar_month Jum, 21 Mar 2025
    • account_circle Alfa
    • 0Komentar

    menalar.id – Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, membawa-bawa nama Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) saat membacakan eksepsi atas dakwaan kasus suap pengurusan penggantian antarwaktu anggota DPR untuk Harun Masiku dan perintangan penyidikan. Hasto mengaku menerima ancaman akan ditersangkakan jika PDIP memecat Jokowi. Hal itu disampaikan Hasto saat membacakan nota keberatan atau eksepsi di Pengadilan Tipikor […]

  • Komnas HAM Papua Laporkan Warga Sipil Tewas dalam Operasi Militer di Intan Jaya

    Komnas HAM Papua Laporkan Warga Sipil Tewas dalam Operasi Militer di Intan Jaya

    • calendar_month Sen, 26 Mei 2025
    • account_circle Sayida
    • 0Komentar

    menalar.id,. – Sekretariat Komnas HAM Papua mengungkapkan satu warga sipil tewas selama operasi militer Satgas Habema TNI di Kampung Jaindapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Korban bernama Hetina Mirip, seorang perempuan yang menurut laporan tewas tertembak pada Rabu (14/5). Frits Ramandey, Kepala Sekretariat Komnas HAM Papua, menjelaskan bahwa mitra lapangan melaporkan jenazah korban baru ditemukan sembilan […]

  • anak di aceh

    Basarnas Evakuasi 2 Jenazah Anak di Pantai Lhoknga Aceh Besar

    • calendar_month Sen, 30 Jun 2025
    • account_circle Nazula Destiyana
    • 0Komentar

    menalar.id – Tim Basarnas berhasil mengevakuasi dua jenazah anak yang sebelumnya hilang setelah terseret arus laut saat berenang di Pantai Lhoknga, Aceh Besar. Kepala Basarnas Banda Aceh, Ibnu Harris Al Hussain, mengatakan tim menemukan kedua korban pada hari ketiga pencarian, Senin (30/6/2025). “Kedua korban dilaporkan hilang terseret arus pada Sabtu (28/6) sekitar pukul 17.00 WIB. […]

  • Kuota Haji Disorot, KPK Turun Tangan

    Kuota Haji Disorot, KPK Turun Tangan

    • calendar_month Jum, 20 Jun 2025
    • account_circle Nisrina
    • 0Komentar

    menalar.id- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini sedang menyelidiki dugaan korupsi terkait kuota haji di Indonesia. Menanggapi hal itu, mantan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki menyatakan menghormati proses hukum yang berjalan. “Sementara belum bisa komentar banyak, kita hormati proses yang sedang berjalan,” ucap Saiful kepada wartawan, Jumat (20/6/2025). Saiful yakin bahwa KPK akan […]

  • trump

    Trump Sahkan Tarif Ekspor ke 12 Negara, Mulai Berlaku 7 Juli

    • calendar_month Sab, 5 Jul 2025
    • account_circle Nazula Destiyana
    • 0Komentar

    menalar.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengesahkan surat yang ditujukan kepada 12 negara terkait kebijakan tarif atas barang-barang ekspor mereka ke AS. Surat tersebut bersifat ultimatum, yakni “terima atau tinggalkan”. Surat itu telah ijadwalkan tersebar, pada Senin (7/7/2025). Terkait 12 negara yang ia tandatangi, Trump enggan menyebut secara gamblang negara-negara tersebut. Alasannya bahwa […]

expand_less