KPK Tegaskan Aktif Mengumpulkan Bukti Setelah Laporan dari Mahfud MD
- account_circle Nazula Destiyana
- calendar_month Rab, 22 Okt 2025

menalar.id – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menegaskan secara aktif mengumpulkan data dan bukti terkait dugaan mark up proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh). Sebelumnya, eks Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan heran karena KPK sempat meminta dirinya melaporkan dugaan tersebut.
“Agak aneh ini, KPK meminta saya melapor tentang dugaan mark up Whoosh. Di dalam hukum pidana, jika ada informasi tentang dugaan peristiwa pidana mestinya aparat penegak hukum (APH) langsung menyelidiki, bukan minta laporan. Bisa juga memanggil sumber info untuk dimintai keterangan,” tulis Mahfud melalui akun X miliknya, @mohmahfudmd, Sabtu (18/10/2025).
Ia menilai seharusnya lembaga penegak hukum bisa langsung bertindak tanpa harus menunggu laporan.
“Kami juga tidak menunggu. Kami tentunya mencari juga informasi,” ujar Plt. Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, saat dikonfirmasi di Gedung Merah Putih, Jakarta, Selasa (22/10) malam.
Asep menjelaskan, dalam penanganan kasus dugaan korupsi, KPK tidak hanya bergantung pada laporan masyarakat. Tetapi juga bisa memulai penyelidikan melalui metode membangun perkara (case building).
Meski begitu, ia menilai informasi awal dari masyarakat tetap penting karena menjadi bentuk partisipasi publik dalam pemberantasan korupsi.
“Kepada masyarakat yang memiliki informasi terkait dengan hal tersebut, silakan untuk disampaikan kepada kami untuk mempermudah dan mempercepat,” ucap Asep.
Ia menegaskan, KPK akan bersikap proaktif dalam mengusut setiap dugaan tindak pidana korupsi.
“Tentunya kami tidak menunggu, kalau kami mengetahui terjadi tindak pidana korupsi, di mana pun, ada kewajiban bagi kami untuk melakukan pengumpulan informasi terkait hal tersebut. Jadi, kami secara aktif juga kalau ada informasi terkait tindak pidana korupsi, kami mengumpulkan informasi dan bukti-bukti terkait,” pungkasnya.
Sebagai informasi, dalam kanal Youtube Mahfud MD, ia mengungkapkan Indonesia menghitung biaya pembangunan sebesar USD 52 juta per kilometer. Padahal menurut perhitungan Tiongkok hanya sekitar USD 17–18 juta per kilometer.
Mahfud menambahkan, informasi tersebut ia peroleh dari diskusi antara Agus Pambagio dan Antony Budiawan di salah satu program televisi swasta.
Penulis Nazula Destiyana
Sejak kecil tumbuh di antara koran dan buku, kini berkembang menjadi penulis yang mengeksplorasi jurnalistik, penelitian, dan media digital. Aktif dalam kompetisi menulis dan UI/UX, serta selalu penasaran dengan dunia politik dan sains teknologi.
