Cho Yong Gi Mahasiswa UI Jadi Tersangka Setelah Aksi May Day
- account_circle Nazula Destiyana
- calendar_month Sel, 3 Jun 2025

menalar.id – Sebanyak 14 orang kini berstatus tersangka akibat kericuhan dalam aksi unjuk rasa memperingati Hari Buruh kemarin, pada (1/5/2025). Salah satu yang ditetapkan sebagai tersangka adalah Cho Yong Gi, mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Saat kejadian, padahal ia tengah bertugas sebagai tim medis.
Hari ini, ketua Program Studi Ilmu Filsafat UI Ikhaputri Widiantini, mendampingi Yong Gi saat memberikan keterangan sebagai tersangka di Polda Metro Jaya, Selasa (3/6). Ia menegaskan bahwa Yong Gi mengenakan atribut dan membawa perlengkapan medis lengkap ketika bertugas.
Yong Gi dan Rekan Mendapat Kekerasan
Meski begitu, aparat tetap menangkap dan melakukan kekerasan fisik terhadapnya. Ikhaputri menilai tindakan kekerasan terhadap peserta aksi, termasuk petugas medis merupakan pelanggaran terhadap prinsip perlindungan sipil.
Ikhaputri menekankan bahwa pihak kampus akan terus mengawal proses hukum dan memberikan dukungan penuh kepada Yong Gi. Ia juga berharap penyidik bisa meninjau ulang penanganan kasus ini secara objektif dan adil, mengingat Yong Gi saat itu menjalankan tugas kemanusiaan.
”Kami menghormati proses hukum yang berlaku dan masih menunggu perkembangan lebih lanjut dari pihak-pihak terkait,” katanya di Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Ikhaputri menyampaikan harapannya agar polisi dapat menjalankan perannya secara berimbang dan selalu menjaga ketertiban tanpa mengabaikan hak warga negara. Ia juga mengingatkan bahwa penanganan kasus seperti ini bisa memengaruhi citra kepolisian, khususnya di mata generasi muda yang sedang belajar berdemokrasi.
”Kami percaya bahwa institusi kepolisian memiliki peran penting dalam menjaga ketertiban dan hak-hak kewarganegaraan secara seimbang,” sambungnya.
Sementara itu, Yong Gi menceritakan bahwa ia bersama tim medis hendak pulang melalui daerah di bawah flyover Senayan ketika mendengar ada yang terluka dan membutuhkan pertolongan. Saat hendak membantu, seorang yang terduga anggota polisi meneriakinya lalu mendorongnya hingga terjatuh.
Aparat kemudian menuduhnya melempar sesuatu ke arah petugas. Tidak lama, beberapa polisi langsung menangkap Yong Gi.
Yong Gi mengaku mengalami pemukulan brutal, dibanting, bahkan lehernya diinjak. Polisi juga menggeledah tas miliknya, yang hanya berisi perlengkapan medis seperti kain kasa, oksigen, dan air minum. Walau tidak menemukan barang mencurigakan, aparat tetap membawanya ke mobil tahanan.
Sekitar pukul 18.00 WIB, penyidik memeriksa Yong Gi di Polda Metro Jaya. Lima jam kemudian, ia mengalami mimisan akibat kekerasan sebelumnya.
Dalam kondisi lelah, ia kemudian diminta menandatangani berita acara investigasi yang isinya tidak sesuai dengan keterangannya. Meski dalam kondisi tidak prima, Yong Gi tetap menandatangani.
Kepala Subdirektorat Penerangan Masyarakat Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak, membenarkan bahwa pihak kepolisian memeriksa ke-14 tersangka pada hari ini dan esok.
Respon Perwakilan LBH Jakarta
Aksi peringatan Hari Buruh tahun ini memang berlangsung di depan Gedung DPR/MPR membawa tema “Kapitalisme, Oligarki, dan Militerisme Musuh Kelas Pekerja.”
Para demonstran menuntut pencabutan UU Cipta Kerja dan turunannya, menolak PHK massal, meminta pengesahan RUU Ketenagakerjaan yang berpihak pada buruh, serta menolak militer masuk kampus.
Namun, polisi membubarkan aksi dengan meriam air. Beberapa peserta aksi menyiram aparat dengan cairan hitam, yang kemudian membuat aparat menangkap dan menahan sejumlah orang.
Perwakilan LBH Jakarta yang tergabung dalam Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD) Astatantica Belly Stanio, menyebut bahwa pihaknya sudah mengajukan penundaan pemeriksaan dan permohonan penghentian penyidikan (SP3).
Namun, polisi memilih melanjutkan proses hukum. Menurut Belly, langkah ini menunjukkan upaya kriminalisasi dan mempersempit ruang kebebasan sipil masyarakat yang menyampaikan aspirasi lewat aksi damai.
Penulis Nazula Destiyana
Sejak kecil tumbuh di antara koran dan buku, kini berkembang menjadi penulis yang mengeksplorasi jurnalistik, penelitian, dan media digital. Aktif dalam kompetisi menulis dan UI/UX, serta selalu penasaran dengan dunia politik dan sains teknologi.