BRICS Desak Reformasi IMF dan Akhiri Dominasi Barat
- account_circle Nazula Destiyana
- calendar_month Ming, 6 Jul 2025

A sign announcing the 11th BRICS Parliamentary Forum stands at the entrance to the Federal Senate in Brasilia, Brazil, Wednesday, June 4, 2025. (AP Photo/Eraldo Peres)
menalar.id – BRICS menyerukan reformasi Dana Moneter Internasional (IMF), termasuk perubahan sistem kuota dan penghentian tradisi penunjukan orang Eropa sebagai pemimpin lembaga tersebut. Seruan itu tertuang dalam pernyataan bersama para menteri keuangan BRICS setelah pertemuan di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025).
BRICS menekankan perlunya perbaikan representasi regional dalam kepemimpinan IMF. Mereka menilai sistem pasca-Perang Dunia II sudah usang dan tidak lagi mencerminkan tatanan global saat ini.
Para menteri juga mendorong perubahan formula penentuan kuota agar lebih mengakomodasi negara-negara berkembang. Formula baru itu seharusnya mempertimbangkan output ekonomi, daya beli, dan nilai mata uang, guna menciptakan representasi yang lebih adil.
BRICS sepakat akan membawa usulan tersebut dalam pertemuan tinjauan sistem kuota IMF yang dijadwalkan berlangsung Desember mendatang. Kuota ini menentukan besaran kontribusi dan hak suara masing-masing negara anggota.
“Reformasi kuota harus mencerminkan posisi ekonomi global tiap anggota, namun tetap melindungi alokasi untuk negara-negara termiskin,” bunyi pernyataan itu.
BRICS Libatkan Bank Multilateral
Dalam kesempatan yang sama, BRICS juga membahas pembentukan mekanisme penjaminan baru yang didukung oleh New Development Bank (NDB). Bank multilateral milik BRICS ini dirancang untuk menekan biaya pinjaman dan mendorong investasi di negara berkembang.
Pertemuan menteri keuangan ini digelar sebagai persiapan menuju KTT para pemimpin BRICS di Brasil. Dengan tambahan anggota seperti Mesir, Ethiopia, Indonesia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, blok ini semakin memperkuat posisi diplomatiknya.
Langkah-langkah ini menunjukkan upaya BRICS untuk mendorong reformasi terhadap lembaga-lembaga global yang dinilai masih terlalu didominasi negara-negara Barat.
Penulis Nazula Destiyana
Sejak kecil tumbuh di antara koran dan buku, kini berkembang menjadi penulis yang mengeksplorasi jurnalistik, penelitian, dan media digital. Aktif dalam kompetisi menulis dan UI/UX, serta selalu penasaran dengan dunia politik dan sains teknologi.