Ada Pestisida di Indomie Soto Banjar, Taiwan Tarik Produksi
- account_circle Nazula Destiyana
- calendar_month 15 jam yang lalu

menalar.id – Taiwan mencabut seluruh produksi Indomie Soto Banjar Limau Kulit dari pasaran. Hal ini karena dalam varian Indomie tersebut ditemukan kandungan residu pestisida etilen oksida yang melebihi ambang batas aman.
Otoritas setempat melalui Centre for Food Safety (CFS) mengimbau masyarakat agar segera berhenti mengonsumsi produk tersebut. Menanggapi hal itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menyatakan tengah mendalami dugaan cemaran serupa pada produk Indomie yang diimpor ke Taiwan.
“Itu sudah masuk atensi kami, dan sedang berkoordinasi dengan otoritas pangan di Taiwan, laporannya nanti berprogress ya,” beber Kepala BPOM RI Taruna Ikrar, Jumat (12/10/2025) dikutip CNBC.
Respons Pemerintah Setempat
Sebelumnya, dugaan cemaran senyawa itu diumumkan langsung melalui situs resmi keamanan pangan Taiwan. Tertulis bahwa produk asal Indonesia itu mengandung residu pestisida yang melampaui standar keamanan pangan Taiwan.
Pemerintah langsung menarik seluruh produk, meski tanggal kedaluwarsa terbilang lama, 19 Maret 2026. Sementara CFS masih menelusuri apakah barang yang sama juga masuk ke Hong Kong.
“Pembelian produk lewat daring maupun perjalanan internasional tidak bisa dikecualikan. Konsumen sebaiknya membuang produk dan tidak mengonsumsinya,” tulis CFS dalam pernyataannya.
Apa itu Etilen Oksida?
Etilen oksida yang memiliki rumus molekul C₂H₄O, merupakan gas mudah terbakar dengan aroma agak manis. Zat ini termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang banyak digunakan dalam industri, seperti bahan baku antibeku, deterjen, tekstil, dan pelarut.
Dalam skala kecil, etilen oksida juga digunakan sebagai pestisida dan bahan sterilisasi pada alat medis serta produk pangan untuk membunuh mikroorganisme berbahaya. Namun, paparan berlebih terhadap etilen oksida dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan manusia.
Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC), etilen oksida masuk dalam kategori karsinogenik bagi manusia. Artinya, senyawa tersebut dapat memicu kanker, gangguan reproduksi, dan yang lebih parah kerusakan sistem saraf jika terakumulasi dalam jangka panjang.
Penulis Nazula Destiyana
Sejak kecil tumbuh di antara koran dan buku, kini berkembang menjadi penulis yang mengeksplorasi jurnalistik, penelitian, dan media digital. Aktif dalam kompetisi menulis dan UI/UX, serta selalu penasaran dengan dunia politik dan sains teknologi.