Trump Sahkan Tarif Ekspor ke 12 Negara, Mulai Berlaku 7 Juli
- account_circle Nazula Destiyana
- calendar_month Sab, 5 Jul 2025

menalar.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengesahkan surat yang ditujukan kepada 12 negara terkait kebijakan tarif atas barang-barang ekspor mereka ke AS. Surat tersebut bersifat ultimatum, yakni “terima atau tinggalkan”. Surat itu telah ijadwalkan tersebar, pada Senin (7/7/2025).
Terkait 12 negara yang ia tandatangi, Trump enggan menyebut secara gamblang negara-negara tersebut. Alasannya bahwa akan diumumkan secara resmi pada senin.
Sebelumnya, Trump menyampaikan bahwa surat pertama seharusnya dikirim pada jumat, bertepatan dengan hari libur nasional di AS. Namun, pengiriman ditunda ke senin.
Perang Dagang Sebelumnya
April lalu, Trump menetapkan tarif dasar 10% dengan kemungkinan tambahan yang bisa mencapai 50% bagi sebagian negara. Meski demikian, seluruh tarif tambahan, selain tarif dasar ditangguhkan selama 90 hari guna memberi ruang bagi negosiasi.
Masa tenggang ini akan berakhir pada 9 Juli dan Trump mengindikasikan bahwa tarif bisa dinaikkan lebih besar. Sekitar 70% dengan sebagian besar tarif baru mulai diberlakukan pada 1 Agustus.
“Saya sudah menandatangani beberapa surat, mungkin ada dua belas, dan semuanya akan dikirimkan hari Senin,” kata Trump, dikutip oleh Reuters.
Ia menambahkan bahwa tarif yang diberlakukan akan bervariasi tiap negara. Trump dan pejabat pemerintah awalnya berniat melakukan perundingan terlebih dahulu
Namun, ia tampak frustrasi dengan prosesnya. Terutama karena tidak adanya kemajuan berarti dengan negara-negara mitra seperti Jepang dan Uni Eropa.
Pada Jumat malam, ia sempat menyindir pendekatannya dengan mengatakan, “Mengirim surat jauh lebih mudah.”. Setelahnya, ia tidak memberikan tanggapan terkait peluang tercapainya kesepakatan dagang sebelum batas waktu 9 Juli.
Perubahan strategi Gedung Putih ini menunjukkan betapa sulitnya mencapai kesepakatan menyeluruh yang mencakup tarif, hambatan non-tarif seperti larangan impor produk pertanian, dan percepatan prosedur dagang. Selama ini, perjanjian dagang biasanya membutuhkan proses negosiasi yang panjang.
Sejauh ini, kesepakatan baru hanya berhasil dicapai dengan Inggris, yang setuju untuk mempertahankan tarif 10% serta mendapatkan keistimewaan di sektor tertentu seperti otomotif dan industri pesawat. Sementara dengan Vietnam, AS menurunkan tarif dari ancaman awal 46% menjadi 20%, sebagai imbal balik atas kesepakatan yang memungkinkan produk-produk AS masuk ke pasar Vietnam tanpa bea.
Penulis Nazula Destiyana
Sejak kecil tumbuh di antara koran dan buku, kini berkembang menjadi penulis yang mengeksplorasi jurnalistik, penelitian, dan media digital. Aktif dalam kompetisi menulis dan UI/UX, serta selalu penasaran dengan dunia politik dan sains teknologi.