Indonesia Masih Negosiasi Komoditas Strategis dengan AS Meski Tarif 19% Sudah Disepakati
- account_circle Sayida
- calendar_month Jum, 18 Jul 2025

menalar.id,. – Pemerintah Indonesia terus memperjuangkan kepentingan ekspornya melalui jalur diplomasi dagang dengan Amerika Serikat, meskipun kedua negara telah menyepakati tarif resiprokal final sebesar 19%. Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Morgiarso mengungkapkan masih terbuka ruang negosiasi untuk beberapa komoditas unggulan Indonesia.
“Ada beberapa produk komoditas kita yang sangat dibutuhkan Amerika karena tidak bisa diproduksi di sana, tapi sangat reliable kalau diekspor dari Indonesia,” jelas Susi saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Beberapa komoditas kunci yang masih menjadi bahan pembahasan meliputi:
- Minyak kelapa sawit (CPO)
- Kopi
- Kakao
- Nikel
Komoditas-komoditas ini memiliki nilai strategis karena permintaan pasar AS yang tinggi dan nilai tambah yang signifikan bagi Indonesia.
“Masih banyak yang kita negosiasikan. Mudah-mudahan bisa dapat 0 persen. Tidak semuanya akan kena tarif final 19% itu,” tambah Susi dengan penuh harap.
Presiden Prabowo Subianto telah memastikan akan melanjutkan pembahasan ini secara langsung dengan Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan bilateral yang rencananya akan digelar September-Oktober 2025. Harapannya, sebagian besar produk unggulan Indonesia dapat dikecualikan dari tarif tersebut dan dikenakan tarif 0 persen.
“Jadi itu masih kita negokan banyak sekali. Dan mudah-mudahan itu bisa 0 persen. Jadi tidak semuanya kena tarif resiprokal yang final 19 persen,” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyatakan akan melakukan pertemuan langsung dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pertemuan tersebut untuk membahas tarif impor Indonesia.
“Beliau katanya mungkin sekitar September, Oktober (baru bisa bertemu),” ucap Presiden Prabowo di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Rabu (16/7/2025).
Prabowo menngungkapkan dirinya memang akan terus melakukan negosiasi dengan Presiden AS Donald Trump mengenai tarif impor tersebut. Sebab, menurutnya hubungan dagang itu memang harus ada negosiasi yang dilakukan terus menerus.
Penulis Sayida
Memimpin tim redaksi dengan fokus pada pemberitaan akurat, mendalam, dan memancing nalar pembaca. Fokus di rubrik nasional, ekonomi, dan hukum