BI Akan Cetak Uang Lebih Banyak Untuk Bantu Asta Cita Presiden Prabowo
- account_circle Sayida
- calendar_month Kam, 4 Sep 2025

menalar.id,.- Otoritas moneter mengungkapkan skema terbaru burden sharing atau berbagi beban antara Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan untuk mendanai program-program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melalui Asta Cita.
Berbeda dengan skema era Covid-19 yang dilakukan di pasar primer, kali ini BI melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dalam jumlah besar secara eksklusif di pasar sekunder. Langkah ini bertujuan untuk mendukung program ekonomi kerakyatan tanpa mengorbankan prinsip stabilitas moneter.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan mekanisme kerja sama tersebut. Ia menyatakan bahwa BI dan Kementerian Keuangan membagi rata beban bunga dari penerbitan SBN yang mendanai program Perumahan Rakyat serta Koperasi Desa Merah Putih.
Pembagian beban ini dilakukan melalui pemberian tambahan bunga terhadap rekening Pemerintah di BI, yang konsisten dengan peran BI sebagai pemegang kas negara berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan peraturan terkait. Denny menegaskan bahwa skema ini dirancang untuk menjaga stabilitas ekonomi sekaligus memberikan ruang fiskal bagi pemerintah.
Dalam keterangan resminya pada Kamis (4/9/2025), Denny menyampaikan penjelasan rinci mengenai komitmen BI dalam menjaga keseimbangan antara dukungan fiskal dan stabilitas moneter.
“Selain itu, besaran tambahan beban bunga oleh Bank Indonesia kepada Pemerintah tetap konsisten dengan program moneter untuk menjaga stabilitas perekonomian dan bersinergi untuk memberikan ruang fiskal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meringankan beban rakyat,” jelasnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang prudent serta menjaga disiplin pasar. Denny juga memastikan bahwa seluruh proses pembelian SBN dilakukan secara terukur dan transparan, dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip integritas pasar.
Hingga Agustus 2025, nilai pembelian SBN oleh BI untuk membiayai program Asta Cita telah mencapai Rp 200 triliun. Angka ini termasuk program debt switching dengan Pemerintah senilai Rp 150 triliun. BI juga telah menurunkan BI Rate sebesar 125 bps sejak September 2024, yang merupakan level terendah sejak tahun 2022, sambil terus memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar domestik dan off-shore.
Lebih lanjut, Denny memastikan bahwa BI akan terus menyinergikan bauran kebijakannya dengan kebijakan fiskal pemerintah. Sinergi ini tidak hanya melalui pembelian SBN di pasar sekunder, tetapi juga via Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang nilainya telah mencapai Rp 384 triliun, serta akselerasi digitalisasi sistem pembayaran. Ekspansi likuiditas juga dilakukan dengan menurunkan posisi instrumen moneter SRBI dari Rp 923 triliun di awal tahun menjadi Rp 715 triliun pada akhir Agustus 2025.
Dukungan BI terhadap program prioritas pemerintah ini menunjukkan komitmen kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, sambil tetap menjaga stabilitas makroekonomi. Skema burden sharing ini diharapkan dapat menjadi model sinergi fiskal-moneter yang berkelanjutan, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan transparansi.
Penulis Sayida
Memimpin tim redaksi dengan fokus pada pemberitaan akurat, mendalam, dan memancing nalar pembaca. Fokus di rubrik nasional, ekonomi, dan hukum
