Qatar Peringatkan Risiko Gagalnya Gencatan Senjata Gaza
- account_circle Farrel Aditya
- calendar_month Sen, 8 Des 2025

menalar.id,.- Perdana Menteri Qatar menyatakan bahwa upaya gencatan senjata Gaza berisiko tidak berhasil jika pasukan Israel tidak sepenuhnya ditarik dari wilayah tersebut.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani menyebutkan bahwa upaya mewujudkan perdamaian permanen di Gaza berisiko menemui jalan buntu apabila tidak segera diambil langkah nyata oleh pihak-pihak yang terlibat. Dalam pidatonya pada Doha Forum, pada Sabtu (6/11/2025), ia menegaskan bahwa kondisi saat ini belum dapat dikategorikan sebagai gencatan senjata sepenuhnya.
“Kita berada pada momen kritis. Ini belum sampai tujuan. Jadi yang kita miliki sekarang hanyalah jeda,” ucap Al Thani, seperti dikutip Al Jazeera.
Ia menegaskan bahwa penghentian kekerasan tidak dapat disebut sebagai gencatan senjata apabila belum disertai dengan penarikan total pasukan Israel, pemulihan stabilitas, serta kebebasan mobilitas bagi rakyat Palestina.
“Gencatan senjata tidak bisa diselesaikan tanpa penarikan penuh pasukan Israel, hingga stabilitas kembali ke Gaza dan orang dapat keluar-masuk, yang belum terjadi hari ini,” sambungnya.
Negosiasi Perdamaian Masih Terhambat
Al Thani menyatakan bahwa perundingan untuk mengokohkan gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat kini berada pada fase yang “krusial”. Qatar, sebagai mediator utama, terus berupaya mendorong kelanjutan tahap berikutnya dari inisiatif perdamaian yang dirancang Presiden AS Donald Trump guna mengakhiri konflik dua tahun di Gaza. Rencana tersebut meliputi pembentukan pemerintahan sementara di Gaza yang berada di bawah pengawasan Dewan Perdamaian Internasional (BoP) serta didukung oleh Pasukan Keamanan Gabungan (ISF).
Namun, sebagaimana dalam laporan Arab News, susunan keanggotaan dan kewenangan pasukan internasional itu masih menjadi ganjalan utama. Sementara itu, pada Kamis lalu, perwakilan Israel bertemu dengan para mediator di Kairo untuk membicarakan pemulangan segera sandera terakhir yang masih ditahan di Gaza.
Sejak gencatan senjata berjalan hampir satu bulan, Hamas telah menyerahkan seluruh 20 sandera yang masih hidup serta 27 jenazah, sebagai balasan atas pembebasan sekitar 2.000 tahanan dan narapidana Palestina.
Peringatan Negara Turki
Turki turut menyampaikan peringatan sejalan dengan hal tersebut. Menteri Luar Negeri Turkiye, Hakan Fidan, menyatakan bahwa upaya perdamaian berisiko terhambat apabila Amerika Serikat tidak segera mengambil peran aktif.
“Pejabat tinggi AS perlu turun tangan pada waktu yang tepat agar kita bisa memasuki fase kedua. Jika tidak, momentum ini bisa hilang,” ujar Fidan, mengutip laporan Tempo.
Ia juga menekankan bahwa Hamas telah melaksanakan hampir seluruh kewajibannya, dengan hanya satu jenazah sandera yang masih berada di Gaza.
Di tengah berlangsungnya perundingan, kekerasan di Gaza masih terus berlanjut. Tercatat sekitar 600 pelanggaran terhadap jeda kekerasan selama tujuh pekan terakhir. Pada Sabtu, 6 Desember, tiga warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel di Beit Lahiya, Gaza utara. Hingga kini, Israel dan Hamas saling menuding sebagai pihak yang melanggar kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat.
Penulis Farrel Aditya
Seorang pemuda dengan minat terhadap banyak hal dan penuh pertanyaan dalam benaknya. Berharap mampu memberikan dampak positif melalui tulisannya.
