Myanmar Memanas: Biara Dibom, 23 Orang Tewas di Sagaing
- account_circle Nazula Destiyana
- calendar_month Sab, 12 Jul 2025

menalar.id – Konflik bersenjata antara junta militer Myanmar dan kelompok pro-demokrasi masih terus berkecamuk. Serangan terbaru terjadi, pada Jumat dini hari (11/7).
Saat itu, militer meluncurkan serangan udara yang menghantam sebuah biara di Desa Lintalu, wilayah Sagaing, Myanmar.
Kepala Administrasi Rakyat Distrik Sagaing Hlaing Bwa, mengatakan serangan tersebut menargetkan tempat ibadah yang menjadi lokasi pengungsian sekitar 200 warga yang terdampak bentrokan antara pasukan junta dan kelompok perlawanan.
Saksi mata yang dikutip Reuters, pada Sabtu (12/7/2025) menyebutkan sedikitnya 23 orang tewas akibat serangan itu, termasuk empat anak-anak. Beberapa korban lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.
Militer Myanmar belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini, begitu pula perwakilan dari Pemerintah Persatuan Nasional (NUG). Pemerintahan sipil tandingan turut memantau serangan udara di wilayah tersebut.
Masa Pra-Kudeta
Sejak kudeta militer pada 2021 yang menggulingkan pemerintahan sah pimpinan Aung San Suu Kyi, Myanmar mengalami krisis berkepanjangan. Wilayah Sagaing menjadi salah satu pusat perlawanan rakyat terhadap militer.
Pasca-gempa bumi bermagnitudo 7,7 yang mengguncang Sagaing pada 28 Maret 2025, sempat diumumkan gencatan senjata untuk memungkinkan distribusi bantuan dan rekonstruksi. Namun, pasukan junta tetap melanjutkan operasi militer.
Termasuk pengeboman wilayah-wilayah yang sudah porak-poranda akibat bencana, yang sebelumnya menewaskan hampir 3.700 orang. Pada Mei 2025, NUG juga menuduh militer bertanggung jawab atas kematian sedikitnya 17 pelajar dalam serangan udara yang menghantam sebuah sekolah di kota Depayin, tidak jauh dari pusat gempa.
Seorang warga Lintalu Phoee Kaine, menyatakan bahwa korban luka dalam serangan terhadap biara masih terus dievakuasi untuk mendapat penanganan medis darurat sebagai bagian dari upaya penyelamatan yang sedang berlangsung.
Penulis Nazula Destiyana
Sejak kecil tumbuh di antara koran dan buku, kini berkembang menjadi penulis yang mengeksplorasi jurnalistik, penelitian, dan media digital. Aktif dalam kompetisi menulis dan UI/UX, serta selalu penasaran dengan dunia politik dan sains teknologi.