Dari Nasi ke Snack, Program MBG yang Kehilangan ‘Gizi’-nya
- account_circle Sayida
- calendar_month Sab, 21 Jun 2025

menalar.id,. – Kepala Sekolah SDN Pondok Betung 1, Hamidah, mengaku terkejut ketika paket Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya berisi nasi, lauk, dan sayur, berubah menjadi makanan ringan.
“Saya mungkin juga termasuk yang kaget waktu itu, biasanya sesuai dengan informasi gitu kan. Bahkan waktu sosialisasi itu Ahli Gizinya juga ada hadir ke sekolah, tapi begitu dapat info kok diganti sama snack,” ujar Hamidah, Kamis (19/6/2025).
Pihak penyedia MBG beralasan perubahan ini dilakukan karena pembelajaran di sekolah tidak berlangsung penuh selama Juni. Mereka khawatir makanan berat akan mubazir jika siswa tidak masuk.
Snack sebagai Pengganti, Gizi Dipertanyakan
Meski awalnya kaget, sekolah tetap menerima paket snack yang terdiri dari roti cokelat, susu, biskuit, dan kacang. Hamidah menegaskan pihak penyedia telah memastikan kandungan gizinya sesuai kebutuhan siswa.
“Saya tanya juga, apakah sudah diuji gizinya? Mereka jawab sudah. Jadi kami welcome aja, yang penting ada tanggung jawab gizinya,” jelasnya.
Distribusi Bahan Mentah Jadi Sorotan
Sementara itu, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Mualaf Indonesia Timur (Yasmit) justru membagikan MBG dalam bentuk bahan mentah. Kepala SPPG Yasmit, A Basiro, mengatakan langkah ini agar makanan bisa disimpan lebih lama.
“Kita didistribusikan terhadap 4.075 siswa dalam bentuk mentah itu agar dapat dibawa pulang atau disimpan siswa lebih lama,” kata Basiro, Rabu (18/6).
Namun, Kepala Dinas Pendidikan Tangsel, Deden Deni, mengaku tidak ada koordinasi terkait distribusi bahan mentah ini.
Masalah Pengawasan Program MBG
Diah Saminarsih dari CISDI menyoroti lemahnya pengawasan program MBG. Menurutnya, Badan Gizi Nasional (BGN) harus menegur hingga men-suspend SPPG yang melanggar SOP.
“Apabila sekarang terjadi penyimpangan dari SOP yang dikeluarkan, maka dia harus melakukan fungsi oversight-nya,” tegas Diah.
CISDI juga menemukan 45% menu MBG berupa makanan ultra-proses yang tinggi gula, garam, dan lemak. Diah menegaskan makanan jenis ini tidak memenuhi standar gizi yang dibutuhkan anak sekolah.
Irwan Aldrin dari Koalisi Kawal Pendidikan menyebut kekisruhan ini mencerminkan “kekacauan berpikir” penyelenggara MBG. Ia mendesak pemerintah mengevaluasi implementasi program yang seharusnya menjadi solusi masalah gizi anak sekolah ini.
Dampak pada Siswa
Selama sepekan terakhir, siswa SDN Pondok Betung 01 hanya menerima snack sebagai MBG yang dibagikan 2-3 hari sekali melalui wali kelas saat pengambilan rapor. Orang tua murid mulai mempertanyakan manfaat program ini bagi gizi anak-anak mereka.
Penulis Sayida
Memimpin tim redaksi dengan fokus pada pemberitaan akurat, mendalam, dan memancing nalar pembaca. Fokus di rubrik nasional, ekonomi, dan hukum
