Dedi Mulyadi Sebut Rakyat Sama Saja dengan Koruptor
- account_circle Farrel Aditya
- calendar_month Sen, 25 Agu 2025

menalar.id.,- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau biasa disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) kembali viral di media sosial sebab pernyataannya dalam pidato yang menuai pro-kontra publik. Pidato yang disampaikan dalam acara Seminar dan Expo Hilirisasi Agrofestri Berbasis Sukun di Bale Sawala, Universitas Padjajaran (Unpad), Sumedang, pada Jumat (20/8/2025).
Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa sifat koruptif bukan hanya milik pejabat maupun politisi, melainkan juga telah mengakar di sebagian masyarakat. Dedi menyebutkan, baik rakyat maupun pejabat pada dasarnya memiliki watak serupa, yaitu serakah dan rakus. Hanya saja yang membedakan adalah tingkat kekuasaan yang mereka miliki.
“Karena karakternya sama, sama-sama buasnya, sama serakahnya. Hanya saja beda tingkatan kekuasaannya,” ujarnya dalam video di media sosial Instagram @pikiranrakyat yang diposting pada (20/8/2025).
Dedi Mulyadi menegaskan bahwa pernyataannya tersebut bukan hanya omongan belaka, melainkan berlandaskan pada pengalamannya ketika berinteraksi langsung dengan masyarakat selama ia menjabat.
Ia kemudian mencontohkan secara nyata bagaimana sikap koruptif tersebut muncul dan beroperasi di tingkat masyarakat bawah.
“Jadi saya tahu karakter mereka, ketika dikasih lapak 1 mereka ambil 5,” katanya.
Ia menjelaskan lebih detail mengenai praktik nepotisme skala kecil yang kerap terjadi di lingkungannya.
“Gratis satu, lima, keponakannya dikasih, istrinya beda, suaminya beda dan anaknya semua,” ia menambahkan.
Ia juga berbagi pengalamannya ketika menyediakan fasilitas gratis bagi masyarakat kecil, tetapi justru dimanfaatkan secara keliru untuk kepentingan pribadi.
“Jadi sifat koruptif, sifat nepotisme, bukan hanya milik politisi kaya saya Dedi Mulyadi, tetapi juga rakyat memiliki karakter itu,” pungkas Dedi.
Pidato Kang Dedi kemudian memicu perdebatan hangat di media sosial. Sebagian warganet menilai pernyataannya realistis, bahwa baik rakyat maupun pejabat sama-sama memiliki potensi untuk terjerumus dalam praktik korupsi.
“Emang bener kok yang dikatain KDM. Coba kalian perhatikan kasus korupsi dana haji melibatkan ratusan travel. Belum dana hibah pesantren. Gak usah nyari-nyari kesalahan KDM lah. Fakta,” ujar akun @perdana_tv dalam komentar postingan Instagram @pikiranrakyat.
Namun, tak sedikit pula yang berpendapat bahwa pejabat tidak semestinya menyalahkan rakyat, melainkan harus menjadi teladan.
“Pemimpin adalah contoh bagi rakyatnya. Jadilah pemimpin yang jujur ikhlas demi bangsa dan rakyat,” ujar akun @sanydiandra.
