Prancis Siaga Demo 18 September, 800 Ribu Warga Turut Berpartisipasi
- account_circle Nazula Destiyana
- calendar_month Rab, 17 Sep 2025

menalar.id – Setelah demonstrasi yang dilakukan sebelumnya, Prancis kembali bersiap menghadapi aksi unjuk rasa besar yang diperkirakan akan diikuti sekitar 800.000 orang, pada Kamis (18/9/2025) waktu setempat. Berbagai serikat buruh telah menyerukan masyarakat untuk melakukan mogok kerja dan turun ke jalan, mengutip AFP.
Sebagai respons, pemerintah menyiagakan sekitar 80.000 aparat kepolisian guna mengamankan jalannya aksi. Demonstrasi ini diperkirakan mengganggu transportasi darat, layanan kereta dan penerbangan, serta aktivitas sekolah dan perkantoran.
Tuntutan Demonstrasi (18/9/2025)
Adapun tujuan aksi ini untuk menentang kebijakan penghematan anggaran yang digagas mantan Perdana Menteri Francois Bayrou. Meski Bayrou sudah dilengserkan, rencana efisiensi yang ia canangkan tetap memicu kemarahan publik.
Pada Juli lalu, Bayrou mengumumkan pemangkasan anggaran lebih dari 50 miliar euro (sekitar Rp964 triliun). Rencana itu mencakup pembekuan dana pensiun pada 2026, pemotongan miliaran euro untuk sektor kesehatan, hingga penghapusan dua hari libur nasional.
Kebijakan inilah yang memicu lahirnya gerakan Block Everything pada (10/9), yang diikuti sekitar 175.000 orang. Dalam aksi tersebut, sejumlah demonstran mengibarkan bendera Jolly Roger One Piece, yaitu simbol tengkorak yang dulu identik dengan bajak laut dan kini diadaptasi generasi muda sebagai lambang perlawanan.
Bendera hitam bergambar tengkorak yang populer melalui anime One Piece itu dipandang sebagai simbol perlawanan terhadap otoritas, serta dimaknai sebagai representasi kebebasan, solidaritas, dan persatuan. Di sisi lain, Presiden Emmanuel Macron telah menunjuk Menteri Pertahanan Sebastien Lecornu sebagai perdana menteri baru menggantikan Bayrou.
Namun, publik tetap menilai Lecornu tak berbeda dengan Bayrou maupun Macron, sehingga gelombang ketidakpuasan tidak mereda. Dalam aksi sebelumnya, massa bahkan menyerukan agar Macron mundur dari jabatannya.
Penulis Nazula Destiyana
Sejak kecil tumbuh di antara koran dan buku, kini berkembang menjadi penulis yang mengeksplorasi jurnalistik, penelitian, dan media digital. Aktif dalam kompetisi menulis dan UI/UX, serta selalu penasaran dengan dunia politik dan sains teknologi.
